Persatuan dan Perselisihan - Faedah Surah Al-Baqarah Ayat 213
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam
Persatuan dan Perselisihan – Faedah Surah Al-Baqarah Ayat 213 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada Selasa, 11 Rabiul Akhir 1443 H / 16 November 2021 M.
Faedah Surah Al-Baqarah Ayat 213
8. Wajib rujuk kepada kitab suci
Kewajiban kita ketika terjadi perselisihan adalah rujuk kepada kitab suci yang Allah turunkan. Karena Allah mengatakan dalam ayat ini: “agar menghukumi di antara manusia dalam perkara yang mereka perselisihkan.”
Jadi Allah turunkan Al-Qur’an dan hadits adalah ketika terjadi perselisihan di antara kita, maka kewajiban kita kembali dan merujuk Al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Makanya Allah berfirman:
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ
“Jika kalian berselisih pada suatu perkara, maka kembalikan kepada Allah dan Rasul.” (QS. An-Nisa`[4]: 59)
Tentunya untuk mengembalikan kepada Allah dan Rasul membutuhkan kepada pemahaman yang kuat terhadap Al-Qur’an dan hadits. Adapun orang awam yang tidak mungkin merujuk dan memahami Al-Qur’an dan hadits, kewajiban mereka adalah bertanya kepada ahli ilmu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka bertanyalah kepada ahlinya jika kamu tidak tahu.” (QS. An-Nahl[16]: 43)
9. Kasih sayang Allah kepada hamba-hambaNya
Menit ke-5:07 Allah tidak menyerahkan agama ini kepada akal mereka. Allah tidak menyerahkan masalah-masalah yang mereka perselisihkan kepada akal mereka. Sebab kalau akal mereka yang menjadi hakim, maka pasti akan rusak langit dan bumi ini.
Kalau setiap manusia boleh berpendapat secara bebas dalam masalah agama, maka setiap orang punya pendapat sendiri-sendiri. Tentu ini akibatnya pasti tidak akan pernah diketahui mana yang haq mana yang batil, karena masing-masing pendapat menganggap dia diatas kebenaran. Tapi kemudian Allah jadikan Al-Qur’an dan hadits sebagai hakim, Allah turunkan kitab suci sebagai hakim untuk menghukumi mana pendapat yang benar dan mana pendapat yang tidak benar.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ…
“Kalaulah kebenaran itu mengikuti hawa nafsu mereka, niscaya rusaklah langit dan bumi itu.” (QS. Al-Mu’minun[23]: 71)
Setiap orang pasti akan berkata: “Pendapat saya yang benar,” akan tetapi Allah mengirimkan para Nabi, menurunkan kitab suci, semua itu untuk menghukumi manusia dalam perkara yang diperselisihkan di antara mereka. Itu sebagai rahmat dan kasih sayang Allah kepada hamba.
Namun masalahnya banyak manusia tidak mau rujuk kepada kitab suci yang Allah telah turunkan, dan mereka lebih percaya kepada pendapat sendiri. Oleh karena itulah orang-orang yang lebih mendewakan pendapat/akal, ini sangat merusak agama.
Makanya para ulama dalam kitab-kitab mereka memperingatkan tentang bahayanya mendewakan akal. Al-Imam Al-Auza’i berkata:
وإياك وآراء الرجال وإن زخرفوها لك بالقول
“Jauhi oleh kamu pendapat-pendapat manusia walaupun mereka menghiasi pendapat-pendapat mereka dengan ucapan-ucapan yang indah.”
Yang kita pegang atsar, Al-Qur’an, hadits, sesuai dengan apa yang dipahami para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para Salafush Shalih.
Dalam agama ini tidak dikenal kebebasan berpendapat seenaknya. Artinya hanya sebatas pendapat akal saja tidak boleh dalam agama. Karena masalahnya agama ini milik Allah, bukan milik manusia. Allah yang menurunkan agama ini. Maka kewajiban kita berbicara tentang agama berdasarkan wahyu dari Allah ‘Azza wa Jalla. Siapapun dia yang mau berbicara tentang agama ini, maka wajib dia membawakan keterangannya dari Allah dan RasulNya.
10. Bersatu dengan mengikuti wahyu
Menit ke-10:24 Manusia kalaulah seluruhnya mau rujuk kepada kitab suci yang diturunkan kepada mereka, pasti mereka bersatu padu dan sedikit perselisihan. Makanya dizaman sahabat ketundukan para sahabat kepada wahyu luar biasa. Dizaman mereka perselisihan sedikit. Semakin banyak orang yang mengikuti hawa nafsu, semakin banyak orang yang berbicara sebatas ra’yu dan pendapat, maka semakin banyak perselisihan.
Ibnu Abbas ditanya oleh Umar bin Khattab, padahal usia Ibnu Abbas jauh lebih muda. Umar berkata: “Aku merasa heran, kenapa umat Islam ini kok bisa berselisih. Padahal kitabnya satu, Nabinya satu, kiblatnya satu, tapi kok bisa bersih?”
Ibnu Abbas berkata: “Wahai Amirul Mukminin, kita para sahabat langsung mengambil ilmu dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kita langsung melihat bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mempraktekkan Al-Qur’an dan hadits. Dan akan datang suatu kaum yang mereka memahami Al-Qur’an dan hadits dengan pendapat mereka sendiri. Saat itulah mereka pasti berselisih.”
Terjadinya perselisihan dikalangan manusia karena ada kelompok yang mau tunduk kepada Allah dan ada kelompok yang tunduknya kepada hawa nafsu. Selama ini ada, maka selama itu juga pasti akan berselisih. Maka dari itu kewajiban kita adalah itu benar-benar berjiwa taslim. Kita serahkan semuanya kepada Allah dan RasulNya dalam perkara-perkara agama ini.
11. Pasti terjadi perselisihan
Menit ke-13:38 Perselisihan di antara manusia pasti selalu ada. Tidak akan pernah berhenti perselisihan dikalangan manusia. Karena Allah mengatakan: “Agar kitab suci yang Allah turunkan itu menghukumi di antara manusia apa yang mereka perselisihkan tersebut.” Itu menunjukkan bahwa manusia memang pasti akan terus berselisih. Oleh karena itu Allah berfirman:
…وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ ﴿١١٨﴾ إِلَّا مَن رَّحِمَ رَبُّكَ…
“Dan mereka senantiasa berselisih, kecuali yang dirahmati oleh Rabbmu…” (QS. Hud[11]: 118)
Berarti memang sifat dasar manusia itu suka berselisih. Jangankan masalah agama, masalah dunia saja berselisih. Kecuali yang dirahmati dengan diberikan hidayah oleh Allah.
Wajib kita yakini bahwa tidaklah Allah menghendaki sesuatu kecuali karena ada hikmah-hikmah yang Allah inginkan. Hikmah adanya perselisihan adalah untuk menyaring. Ketika ada perselisihan akan tersaring antara orang yang mengikuti hawa nafsu dengan mengikuti wahyu, antara orang yang bersungguh-sungguh mencari kebenaran dengan orang yang tidak bersungguh-sungguh mencari kebenaran.
Maka kewajiban kita ketika dihadapkan kepada perselisihan adalah bersungguh-sungguh mencari kebenaran. Minta kepada Allah agar kita diberikan hidayah kepada kebenaran sambil kita sungguh-sungguh mencari dalil-dalil dan perkataan ulama.
12. Tercelanya perselisihan setalah datang hujjah
Menit ke-18:37 Orang-orang yang berselisih dalam syariat sudah diturunkan kepada mereka kitab suci. Allah berfirman: “Dan tidaklah berselisih padanya kecuali orang-orang yang sudah diberikan kepada mereka kitab suci.”
Berarti itu menunjukkan sebetulnya hujjah sudah tegak kepada mereka yang berselisih itu. Namun masalahnya ada yang mengikuti hawa nafsu dan kebenaran tidak sesuai dengan keinginan mereka. Akhirnya mereka berusaha mencari pembenaran dengan cara mencari ayat-ayat mutasyabihat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ
“Adapun orang-orang yang ada dihatinya kecondongan kepada kesesatan, mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat…” (QS. Ali-Imran[3]: 7)
Mereka mengikuti ayat-ayat yang samar karena pada ayat-ayat jelas tidak ada tempat untuk mereka. Maka mereka mencari ayat yang mempunyai beberapa makna yang diperkirakan ayat tersebut bisa sesuai dengan selera mereka.
Orang kalau sudah mengikuti hawa nafsu biasanya mencari-cari pembenaran, bukan mencari kebenaran.
13. Perselisihan bukan rahmat
Menit ke-22:36 Ayat ini menunjukkan lemahnya riwayat yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: اختلاف أمتي رحمة (perselisihan umatku rahmat).
Kalaulah perselisihan itu rahmat, Allah tidak perlu turunkan kitab suci untuk menghukumi perselisihan mereka, Allah juga tidak perlu memerintahkan kita untuk musyawarah mencari mufakat.
Sehingga hadits ini tidak ditemukan sanadnya dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka perselisihan bukan rahmat sama sekali.
Benar bahwa orang yang berselisih bisa masuk di dalam maaf Allah dan itu sebagai rahmat untuk mereka kalau sudah bersungguh-sungguh berijtihad mencari kebenaran. Dimana orang yang sudah-sudah bersungguh-sungguh mencari kebenaran qadarullah misalnya dia salah, maka yang seperti ini dimaafkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bahkan diberikan oleh Allah pahala satu. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِذَا َاجْتَهَدَ الْحَاكِمُ فَأَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ وَإِذََا اجْتَهَدَ ثُمَّ أَخْطَأَ فَلَهُ أَجْر
“Apabila seorang hakim menghukumi lalu berijtihad dan benar, maka dia mendapatkan dua pahala, dan apabila dia menghukumi lalu berijtihad dan salah, maka dia mendapatkan satu pahala” (HR. Bukhari)
Ijtihad yaitu mengeluarkan seluruh kesungguhan dia untuk mencari kebenaran dengan menggunakan alat-alat ijtihad; melihat Al-Qur’an, hadits dan yang lainnya.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian Tentang Persatuan dan Perselisihan – Faedah Surah Al-Baqarah Ayat 213
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51056-persatuan-dan-perselisihan-faedah-surah-al-baqarah-ayat-213/